Selamat Hari Santri 2024 Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan
HARI Santri merupakan momentum bersejarah yang mengingatkan kita akan peran penting santri dan ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan ini sangat erat dengan peristiwa heroik di Surabaya pada tahun 1945, yang dipimpin oleh Bung Tomo. Pekik takbir "Allahu Akbar" mengiringi jihad para santri, ulama, dan masyarakat yang bersatu dalam melawan tentara Sekutu.
Patriotisme mereka terinspirasi oleh Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini menjadi landasan spiritual dan moral bagi ribuan santri serta ulama dari berbagai penjuru Jawa Timur kala itu untuk menuju medan laga di Surabaya, mempertahankan kemerdekaan tanah air.
Maka dalam kerangka historis tersebut, Hari Santri menjadi simbol dari perjuangan dan pengorbanan kaum santri yang berjuang demi agama dan negara. Resolusi Jihad menegaskan pentingnya hubungan yang erat antara santri, ulama, dan pondok pesantren.
Hubungan tersebut menjadi kunci dalam perjuangan bangsa pada masa itu. Pondok pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan Islam, tetapi juga wadah pembentukan semangat jihad untuk melawan ketidakadilan dan penjajahan. Tentu saja semangat ini tetap relevan, meskipun tantangan yang dihadapi berbeda.
Dalam makna luas, jihad berarti perjuangan, bukan hanya dalam arti fisik melawan musuh, tetapi juga melawan berbagai bentuk tantangan yang menghambat kemajuan individu dan komunitas. Saat ini, jihad santri bukan lagi dalam bentuk peperangan fisik, tetapi berupa perjuangan melawan kebodohan, kemiskinan, serta segala bentuk keterbelakangan yang mengancam kemajuan mereka.
Pondok pesantren, sebagai institusi pendidikan yang berakar kuat pada tradisi keislaman, memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi juga mampu mandiri dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Santri, sebagai elemen penting dalam pondok pesantren, dihadapkan pada berbagai musuh modern yang lebih kompleks dan sulit dikenali. Jika di masa lalu musuh yang dihadapi bersifat fisik dan tampak jelas, kini musuh tersebut bisa berupa apatisme, degradasi moral, serta ketidakmampuan memahami hakikat penciptaan dan tujuan hidup.
Dalam dunia yang semakin global dan terhubung, salah satu tantangan terbesar bagi santri hari ini adalah menjaga nilai-nilai keislaman dan keilmuan yang mereka pelajari di tengah derasnya arus informasi yang tidak selalu sejalan dengan ajaran Islam. Tantangan ini semakin berat jika santri belum memahami dengan baik eksistensi Ketuhanan dan tujuan penciptaan manusia, yang bisa membuat mereka rentan terhadap pengaruh negatif dari luar.
Pondok pesantren telah lama menjadi pilihan utama bagi orang tua yang ingin anak-anak mereka mendapatkan pendidikan agama yang mendalam, sekaligus membentuk karakter yang kuat dan mandiri. Pesantren telah berhasil menciptakan kultur pendidikan yang produktif, kreatif, serta mandiri, yang berfokus pada pembentukan moral serta intelektual santri.
Salah satu kelebihan utama dari sistem pendidikan pesantren adalah kemampuannya membentuk kultur yang baik dalam kehidupan beragama. Santri dilatih untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan disiplin, bekerja keras, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
Selain itu, pesantren juga mendorong santri untuk kreatif dan produktif, sehingga mereka mampu mandiri setelah menyelesaikan pendidikan. Orang tua yang menitipkan anak-anak mereka ke pesantren mengharapkan anak-anak tersebut tidak hanya menjadi pribadi yang saleh tetapi juga mampu berdiri di atas kaki sendiri dan berkontribusi bagi masyarakat.
Namun, niat baik ini jelas tidak selalu mudah diwujudkan. Diperlukan program pendidikan yang baik serta proses kontrol yang ketat untuk menjaga kualitas pendidikan dan lingkungan di pesantren. Tanpa kontrol yang standar, ada potensi munculnya oknum-oknum yang merusak citra pesantren dengan berbagai kasus yang mencoreng nama baik entitas pendidikan tertua di Indonesia ini.
Meskipun demikian, secara statistik, kasus-kasus negatif yang terjadi di pesantren masih sangat minor dibandingkan dengan jumlah pesantren yang ada di seluruh Indonesia. Sebagian besar pesantren tetap menjalankan tugas mereka dengan baik, memberikan kontribusi besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjaga moral generasi muda.
Peran pesantren dalam mencerdaskan bangsa ini terus berlanjut hingga sekarang. Banyak pesantren yang kini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu umum dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia modern. Pesantren integral ini mengajarkan santri berbagai keterampilan, mulai dari teknologi hingga kewirausahaan, sehingga santri bisa lebih siap menghadapi tantangan zaman.
Dengan demikian, pesantren selain sebagai pusat pendidikan agama, ia juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Pesantren-pesantren ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan bangsa, baik dari segi moral maupun intelektual. Oleh karena itu, peran pesantren dalam pembangunan nasional tidak boleh diabaikan.
Memperingati Hari Santri ke-10 tahun yang mengangkat tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" kali ini adalah momen penting untuk refleksi terhadap peran pesantren dalam menjaga keutuhan bangsa. Pesantren, dengan kultur positif yang telah dibangunnya, harus terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman.
Penting juga untuk diingat bahwa sinergi antara pesantren, masyarakat, dan negara sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan pesantren sebagai institusi yang mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam moralitas dan keimanan.
Hari Santri adalah momentum bagi kita semua untuk menghargai dan mendukung peran pesantren dalam membentuk karakter bangsa. Santri yang belajar di pesantren hari ini adalah pemimpin masa depan bangsa. Mereka adalah harapan yang akan meneruskan perjuangan membangun Indonesia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih beradab.
Berjayalah pesantrenku, teruslah menebar kebaikan. Santri yang kalian didik hari ini adalah investasi besar untuk masa depan bangsa ini.
Dengan semangat jihad dan keikhlasan dalam menuntut ilmu, santri-santri pesantren akan terus menjadi ujung tombak dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat.
Selamat Hari Santri, jadilah santri yang dibanggakan tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
Keluarga Besar Badan Musyawarah Islam Wanita Indonesia
Jakarta, 22 Oktober 2024
PRESIDIUM
Dr. Reni Susilowati Latif, M.Pd.I.
Dr. Iin Kandedes, M.A.
Dr. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag
Dr. Umaimah Wahid, M.Si.
Nurul Hidayati K, S.S., M.B.A.